Sosial Budaya Provinsi Bali

TUGAS III

SOSIAL BUDAYA PROVINSI BALI

  1. BAHASA

Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti “kekuatan” dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita, supaya kita selalu siap untuk berkorban.Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau jawa. Di Bali sendiri bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalkan ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya, dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal, misalnya dalam pertemuan di tingkat Desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah, misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah, misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya. Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi juga menyerap banyak kata-kata Bali, Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing, Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.

  1. ADAT DAN KEBUDAYAAN

Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan religius masyarakatnya. Adat dan kebudayaan tersebut memiiki akar sejarah yang sangat panjang sehingga mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai religius dari agama Hindu. Konfigurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupn, pola pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.

a. Agama

Sebagian besar masyarakat di Bali menganut agama Hindu yang memiliki kerangka dasar meliputi tiga hal, yaitu tatwa (filsafat), tata susila, dan upacara. Agama hindu berdasarkan pada kitab suci Wedha, yang keseluruhannya dihimpun dalam empat samhita, yaitu Reg Wedha Samhita, Sama Wedha Samhita, Yayur Wedha Samhita, dan Atharwa Wedha Samhita. Pada hakikatnya ajaran agama hindu adalah panca cradha yang artinya lima keyakinan, yaitu :

  • Widi Cradha adalah keyakinan terhadap Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.
  • Atma Cradha adalah keyakinan akan adanya atman atau  jiwa pada setiap makhluk.
  • Karma Phala Cradha adalah keyakinan terhadap hukum perbuatan.
  • Purnabhawa Cradha adalah keyakinan terhadap adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali setelah kematian.
  • Moksa Cradha adalah keyakinan terhadap moksa yaitu kebahagiaan yang kekal abadi.

b. Pola Kehidupan

Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada segi-segi kehidupannya, yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau sembahyang pada pura tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan diwajibkan dalam satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.

c. Pola Pemukiman

Struktur pemukiman masyarakat Bali dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu, pemukiman pola konsentris seperti pada masyarakat Bali yang tinggal di pegunungan dan pemukiman pola menyebar seperti pada masyarakat Bali yang berada di dataran rendah. Pada pola konsentris Desa Adat menjadi titik sentral, sedangkan pada pola mnyebar desa terbagi-bagi ke dalam satu kesatuan wilayah yang lebih kecil yang disebut Banjar.

d. Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali adalah bersifat tradisional, yaitu desa Banjar, Subak, dan Sakeha. Bentuk lembaga masyarakat tradisional yang berdasarkan satu kesatuan wilayah disebut Desa. Konsep Desa memiliki pengertian pada Desa Adat dan Desa Dinas, Desa Adat merupakan satu kesatuan masyarakat hubungan adat di daerah Bali yang mempunyai kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun 21 temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan tersendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Landasan dasar dari Desa Adat harus berlandaskan pada konsepsi Tri Hita Karana (Tri Hita Karana yaitu suatu konsepsi yang mengintegrasikan secara selaras tiga komponen penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang diyakini oleh setiap orang Bali. Ketiga komponen tersebut adalah Parhyangan atau Tuhan yang member perlindungan bagi kehidupan, Palemahan yaitu seluruh wilayah dari lembaga tersebut dan Pawongan yaitu, sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga yang bersangkutan). Sedangkan Desa Dinas adalah satu kesatuan wilayah administrative di bawah wilayah kecamatan.

  1. Kesenian

Daerah Bali sangat kaya dalam bidang kesenian, seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya yang meliputi seni rupa, seni pertunjukan, dan seni suara. Seni rupa mencakup satu cabang yang terdiri dari seni pahat, seni lukis, dan seni hias. Seni pahat pada masyarakat Bali telah mengalami suatu perkembangan yang panjang, yaitu patung-patung yang bercorak megalitik yang berasal dari jaman pra Hindu yang dipandang sebagai penghubung manusia dengan nenek moyang dan kekuatan alam. Arca dewa-dewa yang dianggap sebagai media manusia dengan dewa-dewa dan jenis ini merupakan pengaruh Hindu-Budha, patung-patung yang bertemakan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata dan Ramayana, bentuk-bentuk relief yang dipahatkan pada tembok pintu dan tiang rumah, serta patung-patung yang berbentuk naturalis.

Begitu pula halnya dengan seni lukis di Bali yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, Dimulai degan lukisan-lukisan yang bersifat simbolis magis seperti rerajahan, lukisan-lukisan religius seperti lukisan parba, langit-langit dan ider-ider, serta lukisan-lukisan yang bersifat naturalis.

Untuk seni tari tradisional di Bali berdasarkan fungsinya digolongkan dalam tiga jenis yaitu Tari Wali (Tari Sakral) merupakan tarian keagamaan yang dianggap keramat, Tari Bebali merupakan tarian yang berfungsi sebagai pengiring upacara, dan Tari Balih-Balihan merupakan tarian yang berfungsi sebagai hiburan. Jenis tarian sakral atau yang dianggap keramat antara lain : Tari Sanghyang Dedari, Tari Rejang Sutri, Tari Pendet, Tari Baris Gede, Tumbak, Baris Jangkang, Baris Palung, Puisi, Seraman, Tekok Jago, Topeng Pajangan, Wayang Lemah, Wayang Sudamala, Tari Abuang, Tari Bruntuk, Tari Dakamalon, Tari Ngayab, dan Tari Kincang-Kincung. Galat pakaian atau gander yang digunakan oleh masyarakat akan disucikan atau disakralkan.

  1. ORGANISASI SOSIAL
  • Perkawinan

Rangkaian tahapan pernikahan adat Bali adalah sebagai berikut :

  1. Upacara Ngekeb

Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.

  1. Mungkah Lawang (Buka Pintu)

Seorang utusan mungkah lawang bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga kali sambil di iringi oleh seorang  malat yang menyanyikan tembang bali. Isi tembang tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah datang menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.

  1. Upacara Mesegehagung

Sesampainya kedua pengantin di pekarangan rumah pengantin pria,keduanya turun dari tandu untuk bersiap melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita. Kemudian keduanya ditandu lagi menuju kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng.

  1. Madengen-dengen

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian.

  1. Mewidhi Widana

Dengan memakai baju kebesaran pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana yang dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara-acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini dipimpin oleh seorang pemangku merajan.

  1. Mejauman Ngabe Tipat Bantal

Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi pasagan suami istri, maka pada hari yang telah disepakati kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke rumah orang tua pengantin wanita untuk melakukan upacara mejamuan. Acara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita,terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah barang bawaan yang berisi berbagai panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem, cerorot, kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, teh, sirih, pinang,bermacam buah-buahan serta lauk pauk khas Bali.

  1. Seni Kerajinan

Bergelut di bidang seni tenyata tak hanya semata berputar di sekitar rasa puas melakukan persembahan. Secara pasti seni rupa dan kriya menjadi seni terapan yang akhirnya dibutuhkan oleh masyarakat dan juga oleh wisatawan sebagai cinderamata. Kerajinan anyaman, ukiran, dan pahatan kian lama semakin menjadi kebutuhan dalam keseharian masyarakat Hindu di Bali. Sokasi dufang, bokor, gerabah, dan juga berbagai perlengkapan upacara lainnya kini menjadi lading penghidupan bagi sebagian masyarakat Bali. Di sisi lain, kreasi dan pengembangan barang-barang seni tersebut ternyata amat diminati oleh wisatawan yang dating ke bali. Kerajinan emas, perak, patung dan ukiran kayu bahkan sejak lama sudah mampu menembus pasar intenasional. Dengan sentuhan artistik bali, berbagai jenis barang seni dan barang kerajinan memang mampu member peluang peningkatan perekonomian masyarakat bali.

  1. Pakaian Adat Bali

Jenis-jenis pakaian adat Tradisonal khas provinsi Bali dan umumnya di pergunakan dalam setiap kegiatan upacara keagamaan dan upacara adat tradisional, yaitu :

Untuk perempuan terdiri dari :

  • Penutup kepala
  • Pusung gonjer, pusung tagel, petites, kembang kap, kembang sandat, kembang cempaka
  • Kembang goyang, garuda mungkur, semi, srinata dan hiasan kuping serta subeng/giwang
  • Badong tatahan dengan bahan emas atau perak
  • Selendang prade atau sabuk pending
  • Wastral kain prade atau songket
  • Tapih atau kain kala
  • Gelang kano dan cincin emas

Untuk laki-laki terdiri dari :

  • Penutup kepala destart/udeng
  • Hiasan kuping rumbing
  • Badong segitiga dari bahan emas/perak
  • Umpal dan saput songket
  • Wastra/kain panjang prade
  • Gelang kano
  • Senjata keris

Sumber :

1. https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=sosial+dan+budaya+provinsi+bali

2. http://yenlysiswany26.blogspot.com/2013/03/keragaman-budaya-daerah-provinsi-bali.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *