Hari libur biasanya saya bingung mau melakukan kegiatan apa. Tapi berbeda dengan biasanya, hari libur kemarin (Rabu, 3 April 2019) saya melakukan kegiatan yang menurut saya berfaedah dan menyenangkan. Jadi begini ceritanya… cekidot π
Ulfi mengajak saya untuk membuat ceker sayap mercon dan saya sangat excited karena saya memang sangat ingin membuatnya. Kemudian saya, Ulfi, dan Maday akhirnya berencana patungan dan setelah uangnya terkumpul mereka langsung bergegas ke pasar mini untuk membeli ceker dan sayap ayam serta bahan-bahan yang lain. Sepulang dari pasar, Maday langsung menyuruh saya membersihkan ceker (1 kilo) dan sayap ayamnya (setengah kilo) supaya bisa segera dimasak (jujur saja, disaat saya membersihkan ceker dan sayap ayamnya, sebenarnya saya sudah merasa kenyang padahal saya belum makan apa-apa dari pagi wkwk).
Lalu Ulfi menyiapkan bahan-bahan dan air untuk merebus ceker dan sayap ayam. Air yang sedang direbus ditambahkan sereh dan lengkuas, lalu ceker dan sayap yang sudah selesai dicuci langsung saya masukkan kedalam air rebusan, dan direbus sampai empuk. Sambil menunggu ceker dan sayap matang, Ulfi memasukkan bahan-bahan yang akan dihaluskan menggunakan blender seperti cabe, bawang merah, bawang putih, dll. Saat mau memasukkan cabe, Ulfi bertanya kepada saya mau bikin yang pedas atau sedang saja. Saya bingung karena disisi lain saya suka pedas (takut kepedesan juga sih sebenernya wkwk), tetapi kalau Nyak dan Baba ingin makan nanti gimana. Akhirnya saya malah balik bertanya ke Ulfi apakah dia suka pedas atau tidak, dan Ulfi menjawab suka pedas. Dan walaupun suka pedas, Ulfi berinisiatif untuk membuatnya sedang saja. Akhirnya perdebatan selesai sampai disitu (bukan debat politik ya hehe).
Kemudian kami menyiapkan wajan dan minyak untuk menumis bumbu yang sudah dihaluskan, serta menambahkan air agar lebih berkuah. Dan pas sekali ceker sayapnya matang, jadi langsung dimasukkan juga kedalam wajan tersebut. Lalu ceker sayapnya diaduk hingga rata dan ditunggu sampai matang. Setelah matang, saya mencari wadah besar karena ceker dan sayapnya lumayan banyak. Setelah itu saya tidak tahu lagi ceker sayapnya ada dimana wkwk karena saya sakit perut pada saat itu. Ternyata eh ternyata, ceker sayap tersebut dibawa kerumah Mak Ndut. Pasti pembaca bertanya-tanya kenapa kok dibawa kesana? Jawabannya adalah karena depan rumah Mak Ndut adalah basecamp kami yang paling strategis.
Lalu Ulfi langsung mencari-cari saya dikamar, padahal saya ada di ruang tv haha. Dia mencari saya karena takut saya purik (kesal) kalau ceker sayap merconnya kehabisan wkwk (yaiyalah pasti purik, udah masak eh kehabisan, kan sakit banget rasanya ckckck). Tanpa banyak cingcong lagi, saya langsung bergegas menuju rumah Mak Ndut. Tidak sampai 5 menit saya langsung sampai didepan rumahnya (karena rumahnya dibelakang rumah saya hehehe). Saya melihat Mak Ndut sedang mengambil nasi untuk dibawa ke depan. Dan eng ing eng ternyata sodara saya (Eme, Teteh, Onang, Hadi, Neng Diah, Ulfi, Maday, Ahnaf, Arkhan, Mak Ndut, Bapak Kumis, Riki) sudah berkumpul yang artinya saya harus buru-buru cari lapak, karena kalau terlambat bisa-bisa saya tidak dapat bangku wkwk (berasa lagi masuk SD yang rebutan bangku). Lalu masing-masing dari kami mengambil piring, nasi, dan ceker atau sayapnya (tidak pake sendok karena susah dong, lagipula pada akhirnya ceker sayapnya dimakan pakai tangan π ). Sayangnya foto ceker sayapnya tidak ada karena kehapus huhu.
Sambil makan, kita bercanda dan melawak (biasalah ya keluarga saya seperti keluarga pelawak, jadi ada saja yang dijadikan bahan bercandaan). Saya merasa sangat senang sekali dan ada rasa bahagia gitu loh π <– ini jujur haha. Kenapa saya senang? Karena dengan adanya makan-makan tersebut, saya jadi tersadar bahwa kebersamaan itu penting dan berkumpul bersama seperti ini sangat diperlukan. Dan terbukti walaupun lauknya ceker sayap ayam dan tumis kangkung saja (kangkung dari Kp. Telar yang di sponsori oleh Ayah Lala π ) sudah bisa memberikan kebahagiaan. Apalagi kalau makannya pake sayur gabus pucung, semur daging sapi, sayur jamur, ikan lele goreng, dan belut goreng (menu favorit keluarga besar saya) sudah pasti lebih enak lagi hehe π . FYI sayur gabus pucung paling enak adalah buatan Nyak, karena saya sudah mencoba di banyak tempat namun tetap saja buatan Nyak yang dirindukan ^_^
Sekian cerita libur satu hari saya, semoga ada hikmah yang bisa dipetik dari cerita ini hehe π